Kamis, 17 Mei 2012

MAKALAH KESULITAN BELAJAR (DISLEKSIA)


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dewasa ini sering kita lihat banyak anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Pada dasarnya kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh siswa yang berkemampuan renadah saj, tetapi juga dialami oleh siswa berkampuan tinggi. selain itu, kesulitan belajar juga dapat dialami oleh siswa yang berkampuan rata –rata ( normal ) disebabkan oleh faktor –faktor tertentu yang menghambat tercapainya kinerja akademik sesuai dengan harapan.Dalam referensi lain juga dijelaskan mengenai pengertian kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan –hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan karena faktor intelegensi yang rendah (kelain mental ), akan tetapi dapat juga disebabkan oelh faktor –faktor non –intelegensi. Dengan demkian, IQ yang tinggi belum tentu menjamin keberhasilan belajar, karena itu dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap anak didik, maka para pendidik perlu memahami masalah –masalah yang berhubungan dengan kesulitan belajar. Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari nenurunya kinerja akademik atau belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan denga munculnya kelainan prilaku (Misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak di dalam kelas, megusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah dan sering minggat dari sekolah.Menurut para ahli pendidikan, hasil belajar yang dicapai oleh para peserta didik dipengaruhi oleh dua faktor utama, yakni faktor yang terdapat dalam diri peserta didik itu sendiri yang disebut faktor internal, dan yang terdapat diluar diri peserta didik yang disebut dengan eksternal.
Jaman dahulu, anak tak bisa membaca adalah anak bodoh. Plain stupid. Jaman dulu anak yang suka berhayal adalah anak ngawur. Hari ini manusia kian pandai memilah mana yang bodoh karena tak belajar, atau pintar tapi tak bisa mengungkapkan secara verbal ataupun lisan.
Namun ada kalanya kita  menemukan gejala “disleksia”, istilah dari ketidakmampuan membaca, dalam diri anak. Misal Anak tersebut sering “membaca” buku dalam waktu lama, tapi tidak membaca huruf. Hanya detail gambar hingga proses kerja dari setiap aktor di gambar itu. Ia membaca “b” menjadi “d”, angka “2″ menjadi “5″ jika diurut bersama. Ia juga suka bingung antara kiri dan kanan. Ia bisa mengeja semua huruf, tapi harus melihat posisi lidah, gigi dan bibir saya kita mengucap suku kata seperti “ba” atau “da”. Sementara itu, daya rekam atas semua detail peristiwa dan pengetahuan anak sangatlah tinggi.
1.2 Perumusan Masalah
Dari latar Belakang yang ada dapat diperoleh rumusan masalah sebagai berikut :
  1. Apa Pengertian Disleksia?
  2. Apa Gejala Disleksia?
  3. Bagaimana Cara Menangani masalah Disleksia?
1.3 Tujuan
Mengingat berbagai macam kesulitan belajar yang dialami anak didik maka makalah ini secara umum bertujuan untuk menganalisa Gejala kesulitan membaca (disleksia) dan cara penanganannya. Secara khusus penulisan majalah ini bertujuan untuk :
1.  Mengetahui pengertian dan latar belakang terjadinya kesulitan belajar khususnya disleksia
      2. Memberi informasi cara penanganan kesulitan membaca (disleksia)
      3. Menjelaskan peran penting orang tua terhadap perkembangan anaknya



1.4 Kajian Teori
 Gangguan yang menyebabkan masalah dalam berbicara, mendengarkan, membaca, menulis atau kemampuan matematika, juga gangguan perkembangan spesifik. Kesulitan belajar adalah gangguan dalam kemampuan belajar termasuk dalam hal berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, atau kemampuan matematika. Anak yang mengalami kesulitan belajar terlihat dari kemampuan akademiknya satu atau dua tahun dibawah dari anak seusianya dengan intelegensi normal. Sering kali kesulitan belajar ini tampak bersamaan dengan kesulitan lain seperti  ADHD (Attention Deficit/hyperactivity disorder) yang disebabkan oleh ketidakteraturan fungsi dari bagian tertentu pada otak. Hal ini disebabkan oleh faktor keturunan.
            Kesulitan belajar dihubungkan dengan disfungsi otak yang mempengaruhi kemampuan dasar seperti  kemampuan persepsi indra. Pada umumnya kesulitan belajar dalam bidang akademik antara lain adalah :
1) Dyslexia
Biasa disebut juga gangguan perkembangan membaca. Gejalanya antara lain:
·         Kesulitan mengenal kelompok huruf
·         Kesulitan menghubungkan antara huruf dengan bunyi
·         Kesulitan dalam membentuk sukukata
·         Pembalikan posisi huruf
·         Kekacauan dalam mengeja
·         Keraguan dalam mengucap kata
·         Kurang memahami arti kalimat
2) Dysgraphia
Biasa disebut dengan gangguan/kesulitan menulis. Termasuk didalamnya :
·         Kesulitan membuat formasi huruf
·         Menulis keluar dari garis
·         Pengulangan dan penghilangan huruf
·         Kesulitan meletakkan tanda baca dan huruf besar
·         Mirror writing
·         Macam-macam masalah ejaan


3) Dyscalcula
Lebih dikenal dengan kesulitan belajar matematika, biasanya muncul setelah kesulitan belajar membaca dan menulis. Gejalanya adalah :
·         Kesulitan dalam menghitung
·         Kesulitan dalam membaca dan menulis angka
·         Sukar memahami konsep matematika dasar
·          Tidak menguasai pengukuran, pengelompokkan dan pola
Lalu ada beberapa solusi untuk mengatasi hal tersebut, yaitu :
1)      Assesment
Assesment terhadap kesulitan belajar dapat dilakukan oleh satu atau lebih dari para ahli, misalnya psikolog, psikiater, dan neorolog. Penilaian yang dapat dilakukan adalah melalui test IQ untuk mengetahui kemampuan verbal dan non verbal anak, projective test untuk mengevaluasi tingkat emosional.
2)      Treatment
Pada dasarnya treatment untuk anak kesulitan belajar adalah remedial education dan psychotherapy. Keduanya dapat dilaksanakan secara bersamaan atau salah satu mengikuti yang lain sesuai kebutuhan. Remedial sebaiknya dilaksanakan secara individual dengan seorang tutor. Tujuannnya adalah mencari dan meruntuhkan dinding penyebab kesulitan belajar.
Pada dasarnya yang paling dibutuhkan oleh anak-anak berkesulitan belajar adalah kasih sayang, pengertian dan kesabaran dari orang-orang disekitarnya, terutama dari orang tua. Setelah itu barulah dapat dilakukan penanganan yang tepat. 







BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian disleksia
Disleksia berasal dari kata Yunani yaitu “dys” yang berarti kesulitan dan “leksia” yang berarti kata-kata. Dengan kata lain, disleksia berarti kesulitan dalam mengolah kata-kata. Ketua Pelaksana Harian Asosiasi Disleksia Indonesia dr Kristiantini Dewi, Sp A, menjelaskan, disleksia merupakan kelainan dengan dasar kelainan neurobiologis dan ditandai dengan kesulitan dalam mengenali kata dengan tepat atau akurat dalam pengejaan dan dalam kemampuan mengode simbol. Terdapat dua macam disleksia, yaitu developmental dyslexia dan acquired dyslexia.
Developmental Dyslexia merupakan bawaan sejak lahir dan karena faktor genetis atau keturunan. Penyandang disleksia akan membawa kelainan ini seumur hidupnya atau tidak dapat disembuhkan. Tidak hanya mengalami kesulitan membaca, mereka juga mengalami hambatan mengeja, menulis, dan beberapa aspek bahasa yang lain. Meski demikian, anak-anak penyandang disleksia memiliki tingkat kecerdasan normal atau bahkan di atas rata-rata. Dengan penanganan khusus, hambatan yang mereka alami bisa diminimalkan. Dan acquired dyslexia didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca.
Sejumlah ahli juga mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemrosesan input atau informasi yang berbeda (dari anak normal) yang sering kali ditandai dengan kesulitan dalam membaca yang dapat memengaruhi area kognisi, seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan input, kemampuan pengaturan waktu, aspek koordinasi, dan pengendalian gerak. Dapat juga terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan kemampuan di berbagai aspek perkembangan.
Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai dasar berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup serta penglihatan dan pendengaran yang normal.
Disleksia biasanya terjadi pada anak-anak dengan daya penglihatan dan kecerdasan yang normal. Anak-anak dengan dyslexia biasanya dapat berbicara dengan normal, tetapi memiliki kesulitan dalam menginterpretasikan “spoken language” dan tulisan.
Disleksia cenderung diturunkan dan lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki.
Disleksia terutama disebabkan oleh kelainan otak yang mempengaruhi proses pengolahan bunyi dan bahasa yang diucapkan. Kelainan ini merupakan kelainan bawaan, yang bisa mempengaruhi penguraian kata serta gangguan mengeja dan menulis.
2.2 Gejala Disleksia
Gejala disleksia mungkin sulit disadari sebelum anak masuk sekolah, tetapi beberapa gejala awal dapat mengidentifikasi masalah tersebut. Ketika anak mencapai usia sekolah, guru dari anak mungkin menjadi yang pertama menyadari masalah tersebut.
2.2.1 Sebelum  sekolah
Tanda dan gejala anak yang mungkin berisiko disleksia antara lain:
  • Terlambat berbicara
  • Menambah kosa kata dengan lambat
  • Kesulitan “rhyming” (rima kata).
2.2.2 Usia sekolah
Ketika anak di sekolah, gejala disleksia mungkin menjadi lebih terlihat, termasuk di antaranya:
  • Membaca pada tingkat (level) di bawah apa yang diharapan untuk usia anak
  • Bermasalah dalam memproses dan memahami sesuatu yang anak dengar
  • Kesulitan dalam memahami secara utuh instruksi yang cepat
  • Bermasalah dalam mengikuti instruksi lebih dari satu dalam waktu yang bersamaan
  • Ketidakmampuan untuk mengucapkan pelafalan dari kata-kata yang tidak familiar
  • Kesulitan melihat (dan pada saat tertentu mendengar) persamaan dan perbedaan di dalam surat atau kata-kata.
  • Melihat surat/ kata-kata secara terbalik (b untuk d atau “saw” untuk “was”)–walaupun melihat kata-kata atau surat secara terbalik itu biasa untuk anak kecil, yang tidak mengalami disleksia, di bawah umur 8 tahun. Anak yang mengalami disleksia akan terus melihat secar terbalik setelah melewati umur tersebut.
  • Kesulitan mengeja
  • Sulit mempelajari bahasa asing
2.3 Penyebab dan Faktor Risiko
Ketidakmampuan dalam belajar adalah kondisi yang memunculkan perbedaan antara kemampuan seseorang dan performanya. Kebanyakan orang dengan disleksia memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau di bawah rata-rata. Tetapi, tingkat (level) membaca yang signifikan rendah dari yang diharapkan. Tipe lain lain ketidakmampuan belajar termasuk sulitan berkonsentrasi, ketidakmampuan untuk tampil dengan baik dalam menulis dan mengerjakan soal matematika.
2.4 Masalah penyandang disleksia
Masalah yang juga bisa mengikuti penyandang disleksia di antaranya konsentrasi, daya ingat jangka pendek (cepat lupa dengan instruksi). “Penyandang disleksia juga mengalami masalah dalam pengorganisasian. Mereka cenderung tidak teratur. Misalnya, memakai sepatu tetapi lupa memakai kaus kaki. Masalah lainnya, kesulitan dalam penyusunan atau pengurutan, entah itu hari, angka, atau huruf,” papar Kristiantini yang juga seorang dokter anak.
Secara lebih detail, penyandang disleksia biasanya mengalami masalah-masalah,seperti:
1.    Masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.
2.    Masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level kecerdasan normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.
3.    Masalah penyusunan yang sistematis atau berurut: Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
4.    Masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
5.    Masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah). Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-diterangkan (contoh: red bag).
2.5 Penanganan
Anak dengan disleksia membutuhkan pengajaran secara individu dan pengobatan untuk disleksia sering melibatkan program pendidikan multisensor. Dukungan moril dari orang tua juga menjadi bagian yang penting.
Pengobatan yang terbaik adalah instruksi langsung, yang menggabungkan pendekatan multisensorik.
Jenis pengobatan ini terdiri dari pengajaran suara dengan berbagai isyarat, biasanya terpisah dan (jika memungkinkan) merupakan bagian dari program membaca.
Instruksi tidak langsung juga bisa diterapkan. Biasanya terdiri dari pelatihan untuk mengucapkan kata atau pemahaman membaca. Anak diajari bagaimana caranya untuk mengolah bunyi dengan mencampur bunyi untuk membentuk kata, dengan memisahkan kata ke dalam huruf dan dengan mengenali posisi bunyi dalam kata. (misalnya dalam mengenali bagian-bagian atau pola dan membedakan berbagai jenis suara) atau masalah dengan ingatan, percakapan, pemikiran serta pendengaran.








BAB 3
PENUTUP

        3.1   Kesimpulan
Dari Pembahasan yang ada dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Disleksia adalah ketidakmampuan belajar yang terutama mengenai dasar berbahasa tertentu, yang mempengaruhi kemampuan mempelajari kata-kata dan membaca meskipun anak memiliki tingkat kecerdasan rata-rata atau diatas rata-rata, motivasi dan kesempatan pendidikan yang cukup serta penglihatan dan pendengaran yang normal.
2. Gejala disleksia mungkin sulit disadari sebelum anak masuk sekolah, tetapi beberapa gejala awal dapat mengidentifikasi masalah tersebut. Ketika anak mencapai usia sekolah, guru dari anak mungkin menjadi yang pertama menyadari masalah tersebut.
3. Anak dengan disleksia membutuhkan pengajaran secara individu dan pengobatan untuk disleksia sering melibatkan program pendidikan multisensor. Dukungan moril dari orang tua juga menjadi bagian yang penting.
Pengobatan yang terbaik adalah instruksi langsung, yang menggabungkan pendekatan multisensorik.
Jenis pengobatan ini terdiri dari pengajaran suara dengan berbagai isyarat, biasanya terpisah dan (jika memungkinkan) merupakan bagian dari program membaca.

3.2 Saran
Dari seluruh faktor yang menyebabkan terjadinya disleksia atau kesulitan membaca yang palin penting dalam menangani masalah ini adalah dukungan dari orang-orang sekitar penderita masalah ini terutama olahraga. Setiap masalah yang terjadi bukan tidak mungkin bisa disembuhkan asalkan ada kemauan yang keras. Para penderita Disleksia atau penderita kesulitan belajar yang lainnya memilki kekurangan dalam belajar tapi bukan berarti mereka bodh oleh karena itu kita tidak boleh membeda-bedakan tapi kita harus memberi motivasi. Sebagai Seorang guru seharusnya bisa mengenali dan mengidentifikasi karakteristik kemampuan murid-muridnya. Inilah kewajiban seorang guru sekaligus faktor kedua yang dapat menentukan keberhasilan penanganan maalah belajar.


















DAFTAR PUSTAKA

‏‎ diakses : 26 November 2011 / 10:23:06 WIB
diakses : 26 November 2011 / 10:00:02 WIB



5 komentar: